AlumniSMA

Dilema Panitia LDKS, Kejuaraan Taekwondo, dan Pentas Piano


Oleh : Salsabila Afifah (Siswi SMA Peradaban Serang Kelas XI) (Alumni)

 
Dilema Panitia LDKS, Kejuaraan Taekwondo, dan Pentas Piano

Lagi-lagi saya diberi kesempatan lebih. Kali ini, tiga sekaligus. Panitia Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) SMP Peradaban Serang  kelas 8, Kejuaraan Taekwondo 2014 se-Kota dan Kabupaten Serang dan pentas piano di Cilegon. Dan tanpa saya ketahui sebelumnya, ketiga acara tersebut diadakan pada waktu yang sama.

Tidak tahu kenapa, lagi-lagi saya dipilih buat jadi panitia. Kesempatan kali ini, saya diberi amanah untuk jadi panitia bagian acara, ruh dari kelangsungan acara itu sendiri. Ehem, gak main-main nih. Dan diwaktu yang sama, saya dikasih tahu sama ustadz, kalo saya diikutkan kejuaraan taekwondo se-Serang. Dan pastilah ga nolak, orang dari dulu udah kepingin! Oh iya satu lagi, saya juga harus ikut buat pentas musik di Cilegon kategori piano.  Duh, dilema. Tiga kegiatan dalam waktu bersamaan.

Awalnya, saya tidak tahu jadwal pelaksanaan ketiga acara tersebut. Jadi, saya bersedia aja diikutkan semuanya. Saya juga kudu pinter-pinter ngatur waktu. Untuk rapat LDKS, latihan taekwondo, latihan piano, belajar dan waktu untuk ngerjain tugas biar ga keteteran. Alhamdulillah, rencana-rencana tersebut bisa dilaksanakan walaupun hasilnya bener-bener buat cape karena waktu istirahat juga kepake. Dan 2 minggu sebelum acara, saya baru tahu kalau ketiga acara tersebut diadakan pada waktu yang sama, 28 September 2014.

Mulai dari situ saya sudah kepikiran bakal gimana nanti kalau saya ngikutin semuanya. 3 acara, 3 tempat dan perlu 3 passion sekaligus. Banyak perundingan-perundingan berat dan sesekali keras dalam otak dan hati. Namun, setelah ditimbang-timbang, dari manfaat sampai resiko, saya coba untuk menyanggupi semuanya. Gak apa cape, yang penting semuanya bisa dilaksanakan dan hasilnya bagus, begitu kata hati.

Jum’at, 26 september 2014, hari pertama LDKS dimulai. Saya coba untuk sungguh-sungguh dan lebih mendalami peran sebagai panitia. Semua kegiatan yang dirancang, saya laksanakan dengan sepenuh hati. Mengingat kembali, acara LDKS hari kedua akan pindah tempat ke Curug Gumawang, dimana acara besarnya bakal pecah. Dan sedihnya, saya tidak bisa ikut kesana karena 2 acara lain, taekwondo dan piano. Dari awal emang udah diizinkan untuk jadi panitia sampai hari keberangkatan ke Curug aja. Setelah itu, saya bisa lepas dari acara LDKS.

Tapi ternyata usaha yang saya pakai untuk mendalami LDKS hari pertama kurang berhasil. Entah kenapa, acaranya malah jadi kurang seru. Setelah evaluasi panitia, saya bertekad untuk lebih mencoba lagi di hari kedua sebelum keberangkatan.

Awal hari kedua, saya coba susun jadwal dan melakukannya jadi lebih rapi. Alhamdulillah bisa dan semakin menjiwai. Dan selama jadwal pagi itu, saya bener-bener udah me nikmati. Mulai bisa bawa suasana jadi lebih mennyatu. Jadi kepikiran buat tetap jadi panitia LDKS, sementara taekwondo??? Sungguh pilihan berat! Lagi-lagi dilema…

Sekitar jam sebelas lewat, saya datang mamah, bilang kalau mau tetap ikut LDKS dan taekwondonya bisa dilakukan ketika pulang dari Curug. Tapi kata mamah tidak bisa, karena tidak ada yang bisa mengantarkan  ke Serang lebih awal dan pasti nanti kecapean duluan. Lagian, hari sabtu itu harus dateng ke tempat taekwondonya. Acara nimbang berat badan dan menentukan kelas pertandingan. Tapi beneran, tidak ingin melewatkan LDKS. Apalagi setelah ada rapat mendadak sama Pak Babay tentang bakal bagaimana nanti di pos final. Setelah mamah meminta saya buat mempertimbangkan lagi pilihannya, eh malah jadi sedih banget. Memang kayaknya lebih diwajibkan ikut taekwondo, karena taekwondo udah latihan keras dan mengeluarkan uang sementara panitia bagian acara masih ada yang lain. Tapi terus kepikiran, bakal melepas tanggung jawab tidak ya, kalau saya meninggalkan  LDKS ini? Eh, air matanya tumpah gitu aja. Bener-bener tidak bisa milih. Disatu sisi ingin susah-seneng sama yang lain lewat LDKS, tapi disatu sisi ingin menambah pengalaman di taekwondo. Eh terus mamah tahu kalo saya nangis, ya udah diomongin lebih serius. Tidak lama, Salman (adik saya) datang dan ternyata ingin ikut LDKS juga (dia panitia sekaligus perwakilan kejuaraan taekwondo). Jadi aja kita satu keinginan. Dan sama-sama tidak bisa memutuskan pilih mana. Dilema …

Ini soal pilihan! Sadar atau tidak, tiap detiknya ktia dihadapkan dengan ratusan pilihan. Tiap detik. Mau melakukan ini atau itu atau tetap begini? Ingin melakukan apa, ingin merasakan apa, ingin bersikap bagaimana? Tinggal seberapa bijak kita dalam memilih pilihan. Benar-benar harus dipertimbangkan dan tanya ke orang-orang terdekat, baik atau tidak pilihan kita itu.

Melihat saya sama Salman mojok berdua di jungkat-jungkit di SD Peradaban Serang, Pak Endang datang. Terus menngusap kepala Salman. Tanpa aba-aba kita berdua tangisnya pecah. Parah, deres banget. Seberat itu kah kita harus memilih?

Pa Endang bilang, tidak apa-apa kita tidak ikut LDKS. Karena kita punya tanggung jawab lain yaitu bawa nama Sekolah Peradaban Serang di cabang taekwondo. Kita juga ga harus bener-bener lepas tanggung jawab dari acara LDKS ini karena kita bisa ikut bantu lewat doa—sekaligus ketemuan disitu. Baik panitia yang lain ataupun kita, bakal saling mendoakan. Akhirnya, disitu saya sama Salman mulai lega, tapi belum sepenuhnya. Seluruh panitia dikumpulkan di ruangan beberapa menit sebelum dzuhur. Di kasih tahu sama Pak Endang tentang bakal selesainya tugas saya, Salman dan Niken (yang juga ikut taekwondo) di LDKS ini.

Setelah dzuhur, waktunya keberangkatan. Tadinya saya mau memutuskan untuk tidak ada di tempat keberangkatan. Mungkin nantinya bakal benar-benar memilukan. Tapi tidak ada pilihan lain. Kita harus tetap disitu. Melihat  mereka semua berangkat ke Curug dengan perasaan bersalah dan ingin banget ikut. Perwakilan-perwakilan taekwondo yang kelas 8 pun tidak ikut pergi ke Curug, kita semua menunggu di jemput di gerbang SD Peradaban Serang karena bakal ada penimbangan berat badan dan pembagian kelas pertandingan.

Perwakilan taekwondo di jemput setelah setengah jam peserta dan panitia LDKS berangkat, perasaan itu baru mulai bisa menerima kalau kita tidak ikut. Sekarang pertandingan taekwondo yang ada di depan dan paling dekat, kita harus focus! Saya juga ada pentas piano. Tapi tetap do’a untuk kelancaran LDKS.

Ketika ditimbang berat badan dan dikasih tahu kelas mana saya bakal tanding, Alhamdulillah banget, dikelas saya, 15-17 tahun dengan berat badan 50-60 kg cuma ada dua orang delegasi. Saya sama Murhasanah namanya. Setelah itu lega, karena walaupun nantinya saya tidak bisa menang, masih bisa dapet perak. Tapi saya udah niatkan dari awal, untuk dapet] emas buat panitia untuk menggantikan  peran saya di kepanitiaan LDKS. Pokoknya harus dapet emas!

Sorenya, masih hari Sabtu, saya masih harus pergi ke tempat les piano di Cilegon untuk gladi resik besok. Dihari terakhir latihan itu, saya sudah bisa lancar mainkan lagunya 95% dan dikasih tahu kalau jamnya saya tampil jam 14.25 wib. berpikir juga, takutnya barengan sama taekwondo, mana yang harus saya pilih utama? Lagi lagi pilihan.

Hari Minggu pagi, jam 8 setelah siap-siap, kita serombongan berangkat bareng dari sekolah. Sampai ditempat, kita mulai pemanasan, lari-lari, nendang-nendang dan tidak lupa dikumpulkan dulu sama Sabeum untuk dikasih arahan dan motivasi, sekaligus dibagikan Gum Shield (pelindung gigi). Setelah itu, ada upacara pembukaan. Seluruh atlet (katanya jumlahnya sampai 100), berbaris untuk mendengarkan sambutan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.  Setelah itu kita menunggu. Nunggu, lama banget.

Dari pagi sampe dzuhur itu ternyata Cuma anak SD yang tanding, saking banyaknya. Sebenernya kita udah bete banget, kalu tahu gitu, mending datang siang aja, bisa latihan dulu di sekolah. Tapi ya udah kita nunggu sambil melihat anak kecil tanding. Lucu banget, ada beberapa anak yang malah tidak  mengeluarkan jurus taekwondo melainkan pakai jurus ngamuk nyakar nyakar, hihihi…

Masuk waktu dzuhur, kita sholat dan makan siang dulu. Setelah itu, mulai pertandingan untuk umur 12-14 tahun. Peradaban mengirimkan 8 delegasi untuk kategori itu. Mulai seru, saling memberi semangat. Dan untuk hasil cepatnya, di kategori itu, Sekolah Peradaban dapeti 1 emas, 3 perak dan 4 perunggu. Alhamdulillah, semua delegasi Sekolah Peradaban dapat medali.

Jam 2, saya panik ingat pentas piano. Sedangkan tempatnya diselenggarakan di Cilegon, butuh waktu 45 menit sampai sana, pas banget kalau sampai langsung tampil. Tapi kata ayah harus pilih satu karena takutnya taekwondo giliran saya sebentar lagi. Pilihan. Kalau ditimbang, tampilan piano cuma tampil begitu aja, bukan lomba, tidak dinilai. Tapi bisa nambah pengalaman juga dan siapa tahu bisa jadi awal karir jadi pemain piano, hehehe. Pada akhirnya, piano harus dikorbankan. Kata ayah, nanti kalau saya udah lebih jago lagi mainnya, pasti bisa tampil kapan aja dan bisa maksimal. kalau sekarang masih pemula kan. Benar aja pilihannya, giliran tanding taekwondo saya tidak lama lagi.

Giliran saya mulai dekat, tidak disangka. Soalnya kata ustadz, saya kan langsung masuk final karena cuma satu lawannya, jadi pasti tanding terakhir. Eh tahunya jam setengah 3-an, nama saya sudah dipanggil. Saat itu, saya bener-bener tidak tahu harus tanding secepat itu. Belum menyiaapkan  pelindung-pelindungnya. Mental juga belum siap. Tapi masa diundur? Langsung  deh teman-teman yang lain dan Bu Wardah bantu pake pelindung-pelindung yang ribet. Saya siap tanding. Bismillah…

Takut banget, takutnya tidak bisa dapat emas dan mengecewakan yang lain. Mana saya belum tahu lawannya yang mana. Pokoknya sebelum tanding itu, saya cuma dzikir dan do’a supaya dimudahkan dapat emas.

Terus nama saya dipanggil lagi. kali ini panggilan untuk tanding. Dan baru kali itu lihat lawannya, Murhasanah. Kita sama-sama pakai kerudung. Jadi agak lega karena biasanya yang pake kerudung rada lebih galak, hehehe. Yang  jadi sabeum saya, ustadz riyan. Sebelum pertandingan dimulai, udah diwanti-wanti buat jangan pernah melangkah mundur, tetap maju aja, tendang terus. Dari situ sudah mulai fokus.

Pertandingan dimulai. Wah, udah deh, benar-benar tidak kepikiran apapun. Mau nendang jadi berat kakinya, padahal sebelumnya udah pemanasan berulang kali, dan masih lincah-lincah aja. Nendang aja susah, apalagi ngeluarin jurus-jurus yang lebih ribet? Pokoknya pas itu saya ngerasa si Murhasanah nendangin saya mulu. Sempet kena tendang kepala juga sih. Sedangkan saya jarang banget nyerang. Cuma menghindar. Udah pasrah aja, pasti skor Muharsanah lebih besar deh. Sampe akhirnya saya coba nendang keras, eh dia langsung jatuh. Waduh…

Petugas-petugas kesehatan pada masuk lapangan. Sibuk banget, ada yang nyemprotin sesuatu, ada yang ngasih oksigen. Saya berdiri di sebelahnya, bengong. Saya udah apa tadi ya, sampai dia begini? Jadi ngeri. Tapi si Murhasanah itu tidak nyerah, walaupun udah engap, dia tetap berdiri lagi. Pertandingan di lanjutkan, dia tambah agresif, saya juga udah mulai nendang banyak. Tapi yang saya yakinkan dalam hati, cuma, pasti skor si Muharsanah jauh lebih besar. Saya beberapa kali menendang dia, terus dia jatuh lagi, nafasnya susah. Kayaknya dia emang lagi sakit asma deh. Pokoknya dia sering banget jatuh dan sesak nafas.

Di beberapa waktu ketika lagi di hentikan pertandingannya, Murhasanah harus dikasih oksigen terus. Saya melihat skor, dan tidak ada perubahan sejak awal, masih 3 sama. Waktunya juga tinggal sedikit. Akhirnya saya berpikir dan memutuskan untuk sedikit lebih agresif. Di akhir pertandingan, saya menendang Murhasanah kencang, sampai dia jatuh dan pertandingan selesai. Murhasanah pingsan karena udah ga kuat, saya menang…

Keluar dari arena, lega banget. Alhamdulillaah, beneran dapet emas! Teman-teman yang ada disitu semuanya langsung kasih selamat dan memberi info kalau si Muharsanah pingsan, tapi bukan karena ketendang. Dia emang ternyata lagi sakit asma parah. Jadi saya agak lega, tidak merasa bersalah.

Semua yang sudah dikorbankan, dari LDKS sampai piano, akhirnya kebayar waktu itu. Senang banget! Apalagi ketika dikalungkan medali emas jam 10 malam. Setelah pembagian medali itu, kita baru bisa pulang. Baru terasa capenya ketika itu, mengingat kita dari pagi sampai malam menunggu cuma untuk pertandingan 3 menit.

*Admin Website Sekolah Peradaban Serang menerima kiriman tulisan dari para siswa, guru, dan juga orang tua murid. Tulisan boleh dalam bentuk cerita, puisi, gambar, cerpen, artikel pendidikan/parenting, dan lain-lain. Bagi yang mau kirim tulisan silahkan kirim ke email: [email protected]

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *